Minggu, 08 Maret 2015

Belajar Dari Bob Sadino

Share on :
Sekian lama hidup berkecukupan di luar negeri, tiba-tiba Bob Sadino memutuskan banting stir. "Saya mau miskin ah," kata Bob dengan serius di dalam buku Mereka Bilang Saya Gila.

Begini ceritanya. Sejak kecil Bob Sadino selalu hidup enak. Ayahnya, Sadino, zaman pemerintahan Hindia Belanda sudah bekerja menjadi kepala sekolah. "Bahasanya memang ndak enak, saya dari kecil itu berkecukupan terus," kisah Bob Sadino di bukunya. (Baca: Bob Sadino Berpulang, Siapa Pewarisnya?)

Bayangkan lulus SMA tahun 1953, ia langsung bekerja di Unilever. Lepas itu bergabung dengan Djakarta Llyod. Perusahaan ekspedisi itu membuat Bob sering pergi banyak negara, seringnya Eropa. Saking enaknya, pengusaha kelahiran Tanjung Karang, Lampung, pada 9 Maret 1933 itu pernah selama sembilan tahun tinggal di Hamburg dan Amsterdam. Di sana ia hidup serba berkecukupan. "Siang kerja malamnya pesta dan dansa. Begitu-begitu aja, terus menikmati hidup," ujar Bob.

Namun tetap ada pertentangan batin dalam dirinya. Bob mengaku atasannya sering membuatnya tertekan. "Atasan saya waktu itu goblok," kata Bob. Lalu ia meninggalkan semua fasilitas dan kehidupan enaknya. Tahun 1967 ia kembali ke Jakarta. (Baca: Kisah Bob Sadino, Jatuh Bangun Membangun Bisnis.)

Kembali ke Jakarta, menjadi titik awal Bob setelah keluar dari zona kenyamanan. Ia punya alasan khusus. "Saya ini orang yang punya dan cukup segalanya. Dari kecil berkecukupan terus. Saya bosan, jenuh banget," Kemudian Bob memilih dengan memiskinkan dirinya.

Pilihan miskin Bob benar-benar secara harafiah. "Secara nyata-nyata, enggak bohong-bohongan miskin! Memang tidak banyak, bahkan mungkin tidak ada orang yang seperti saya. Ah, saya mau miskin," kata Bob dengan serius.

Sepulangnya ke Jakarta ia sempat menjadi sopir taksi. Bahkan pernah menjadi kuli bangunan. Kehidupan Bob sempat membuat kakak-kakaknya yang hidup berkecukupan menawarkan bantuan. Tapi apa jawab Bob. "Satu-satunya bantuan yang saya perlukan adalah, jangan bantu saya!" Bila Bob menerima bantuan kakaknya, tentu sekarang tidak ada Kemchicks, yang ia mulai dari teras dan garasi.
Comments
0 Comments